KODRAT IBU TAK BISA TERGANTIKAN OLEH SIAPAPUN

KODRAT IBU TAK BISA TERGANTIKAN OLEH SIAPAPUN

Kodrat Ibu Tak Bisa Tergantikan Oleh Siapapun

( Refleksi Peringatan Hari Ibu )

 

Kasih ibu
Kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa...
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia...

Syair lagu diatas merupakan awal insprirasi penulis dalam memilih judul dan membuat tulisan ini terurai secara lengkap. Berbicara mengenai sosok seorang ibu, pastilah setiap kita mempunyai pengalaman yang menarik dengan sosok itu. Setiap kita pasti merasa mempunyai hutang yang besar terhadap ibu. Hampir setiap manusia pasti setuju dengan pendapat itu. Tentu saja hutang di sini bukan dihitung dengan suatu nilai nominal, dengan cek, ataupun dengan nilai yang tercantum di dalam buku rekening bank. Nilai hutang di sini mempunyai makna yang besar, yang tidak mempunyai nilai nominal tertentu. Hutang yang hendaknya tidak bisa dibayar dengan hanya dengan sejumlah uang saja. Inilah yang menjadikan ibu sebagai seorang sosok istimewa dalam kehidupan setiap manusia, yang tidak bisa ditukarkan dengan nilai barang tertentu. Sehingga pengalaman yang menarik dengan ibu menjadi suatu kebahagiaan tersendiri, karena dapat dikatakan pengalaman yang tak tenilai dalam kehidupan di dunia ini.

Sosok istimewa seorang ibu dalam ajaran agama Islam pun sudah dijelaskan bahwa Rasulullah sendiri sangat memuliakan derajat seorang ibu, bahkan ketika beliau mendapat pertanyaan dari sahabat, " Siapakah orang yang wajib kita hormati pertama kali?", beliau pun menjawab ibu ibu ibu sampai 3 kali baru kemudian ayah. Banyak hadits nabi bahkan Al-Qur"™an pun meninggikan derajat seorang wanita. Pepatah pun berkata bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki ibu. Tidak hanya hanya dalam ajaran agama islam, dalam perjalanan kehidupan bangsa ini juga memiliki sejarah tersendiri tentang ibu dimana setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari Ibu. Mungkin anda pernah bertanya-tanya kenapa hari Ibu kok jatuh pada tanggal 22 Desember ? Apa yang diperingati pada tanggal 22 Desember itu? Kenapa kok hanya ada hari Ibu, kenapa tidak ada hari bapak ?.

Hari Ibu adalah Hari Kebangkitan Perempuan Indonesia serta Merupakan persatuan dan kesatuan kaum perempuan yang tidak terpisahkan dari kebangkitan dan perjuangan bangsa. Sejarah yang melandasi peringatan hari Ibu ini adalah berkumpulnya para pejuang wanita untuk mengadakan Kongres Perempuan I pada tanggal 22-25 Desember 1928 di kota Yogyakarta. Kongres Perempuan saat ini lebih dikenal dengan Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Namun organisasi perkumpulan wanita ini sendiri sudah terbentuk sebelumnya sejak tahun 1912 dengan diilhami perjuangan tokoh-tokoh wanita kita seperti Martha Kristina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Cut Mutia, RA Kartini, Dewi Sartika, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan pertimbangan itulah, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember ini sebagai hari Ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959. Namun jauh sebelumnya, tanggal 22 Desember ini ditetapkan sebagai hari Ibu pada Kongres Perempuan ke III pada tahun 1938 di Solo.

Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; keterlibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; keterlibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Atas dasar peikiran-pemikiran kritis dan upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa, hari Ibu dijadikan momentum untuk menyadarkan kembali tanggung jawab perempuan terhadap masyarakat dan keluarga. Karena Ibu adalah sosok yang menumbuhkan dan mendidikan generasi. Perempuan yang bukan hanya ibu bagi anak-anaknya, tetapi ibu bagi bangsanya.

Artinya kaum ibu Indonesia tidak hanya menjadi pengguna hasil pembangunan,namun juga ikut berperan melaksanakan dan berpartisipasi di segenap aspek pembangunan nasional. Peran politik berarti ikut serta dalam proses pengambilankeputusan dalam upaya membentuk keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Disini Ibu dengan posisinya lebih dekat dengan keluarga dan telah menggunakan sebagian besar waktunya untuk keluarga, anak dan orang tua. Oleh karenanya kebutuhan spesifik kaum ibu akan lebih terdukung dengan perannya seperti partisipasi manfaat dan kontrol di segenap aspek pembangunan nasional. Ibu memiliki hak asasi yang sama dan integral dengan hak asasi manusia. Oleh karena itu perlu dipelihara kodrat, harkat dan martabatnya sebagai ibu bangsa yang berhasil membina keluarga yang harmonis dan sejahtera.

Dari sinilah bukti bahwa ibu adalah awal mula kehidupan, karena paling tidak untuk sekedar mengingat jasa-jasa atau pengorbanan yang telah diberikan oleh Ibu kepada kita. Jadi kita hendaknya harus selalu menghormati ibu, karena peran besar seorang Ibu yang tak dapat digantikan oleh kaum pria yaitu melahirkan anak sebagai awal kehidupan setiap orang. Pada saat melahirkan, ia mempertaruhkan nyawanya untuk kehiduan baru bayinya di dunia ini. Dengan susah payah ia bekerja untuk kelahiran bayinya itu. Tenaganya terkuras hanya demi terlahirnya bayi yang telah dikandungnya itu selama sembila bulan. Ia tidak mau kecewa dengan apa yang telah diperjuangkannya selama sembilan bulan, tentu saja keberhasilan telahirnya bayi yang sehat, itulah yang diinginkan. Semuanya itu dijalankanya dengan penuh cita dan keindahan. Cinta itu bersamanya sejak mengandung dan keindahan itu menjadi nyata saat ia berhasil memberikan kehidupan bagi anakanya. Jadi, tanpa ibu kita semua tidak ada di muka bumi ini. (disarikan dari berbagai sumber oleh Lamijan).