Sejumlah petani di Kabupaten Grobogan mengeluhkan langkanya pupuk urea ditingkatkan pengecer dan distributor pupuk. Akibatnya, banyak dari petani sendiri tidak bisa memberikan pupuk kepada tanaman padi di musim tanam kedua (MT-2) meski tanaman sudah berusia 20 hari.
"Banyak dari petani di Kecamatan Brati tidak bisa memupuk urea pada MT-2 karena tidak ada strock pupuk. Kami sudah cari kemana-mana tetapi tidak ada persediaan," kata ketua Kelompok Tani Sabar Narimo Desa Kronggen, Kecamatan Brati Sutiyo, kemarin.
Akibat tidak bisa memberikan pupuk, puluhan hektare sawah di daerahnya tidak bisa berkembang dengan baik. Bahkan, banyak tanaman yang tampak layu karena tidak diberikan pupuk. Dengan adanya kelangkaan pupuk ini, dikawatirkan akan pada hasil produksi panen sendiri.
"Kami sudah melakukan permintaan kepada pengecer dan distributor untuk jatah pupuk. Tetapi mereka bilang kalau jatah pupuk Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) juga dibilang sudah habis," terang dia.
Hal senada juga diungkapkan oleh Puji salah satu petani di Kelurahan Ngraji, Kecamatan Purwodadi. Dia mengaku, bahwa untuk mendapatkan pupuk sangat sulit. Bahkan, bila ada harga yang dijual lebih tinggi dari HET.
"Sudah beberapa bulan ini Mas, sulit mendapatkan pupuk. Tanaman padi saya sudah dua minggu belum saya berikan pupuk," kata dia.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura (Dinpertan TPH) Grobogan, Edhie Sudaryanto mengatakan, berkurangya pupuk di lapangan karena adanya keterlambatan dari tingkat distribusi. Sehingga menjadikan distribusi mulai dari distributor, pengecer sampai petani mengalami keterlambatan.
"Memang distribusi pupuk ada sedikit kendala. Maka untuk jatah pupuk yang biasanya cukup dua minggu sekarang hanya cukup tiga. Saya meminta petani bersabar," kata Edhie.
Edhie menjelaskan untuk kebutuhan pupuk di Grobogan cukup sampai bulan November. Namun karena adanya perubahan manajemen dengan adanya penggabungan semua produsen pupuk menjadi satu holding menjadi pupuk Indonesia maka manajemen berbeda. Manajemen semua pupuk dipegang PIHC. Sehingga banyak laporan bahwa penyaluran pupuk urea ke gudang terlambat.
"Untuk mendapatkan pupuk, Petani harus menunggu tiga hari karena ada sedikit kendala distribusinya," ujarnya.
Sementara itu, untuk kebutuhan pupuk di Kabupaten Grobogan jenis Urea tahun 2014 berjumlah 59.358 ton, ZA 5.239 ton, SP-36 berjumlah 12.666, NPK Ponska 26.095 ton, Petroganik, 12343 ton. Sedangkan untuk realisasi mulai bulan Januari sampai April pupuk Urea sebesar 27.936 atau terealisasi 47 persen dan tersisa 31.412, 32, ZA terpakai 2.404 terserap 46 persen sisa 2.834,50, SP-36 terpakai 4.385 atau 35 persen dan sisa 8.281. Sedangkan untuk pupuk NPK Ponska terserap 11.765 45 persen, sisa 14.329 dan Petroganik terserap 2.928 atau 24 persen dan sisa 9.414 ton.
"Sementara untuk stock di gudang Urea 380 ribu ton.Yaitu di gudang Ngrombo sebanyak 207 ribu ton dan gudang 173 ribu ton," ujarnya.
Sementara jatah pupuk di Kabupaten Grobogan pada tahun ini hanya menerima kuota 59.358 ton pupuk urea. Padahal tahun lalu berjumlah 72.700 ton. Pengurangan kuota juga terjadi di empat jenis pupuk lainnya. Kuota pupuk SP36 tahun lalu 14.235 ton kini hanya 12.666 ton, pupuk NPK Phonska tahun lalu 27.411 ton kini hanya 26.095 ton, pupuk Za tahun lalu 7.867 ton kini hanya 5.239 ton dan pupuk petroganik tahun lalu 16.078 ton kini hanya 10.043 ton.
Terpisah, Ketua DPRD Grobogan Sri Sumarni mengatakan, dengana adanya kelangkaan pupuk meminta dinas terkait dan produsen ada koordinasi yang baik. Sehingga petani bisa mendapatkan pupuk dan mudah.
"Jangan sampai dengan adanya kekurangan pupuk produksi pertanian di Grobogan menurun," ujarnya. (roj)