Tradisi Boyong Grobog, Muasal Perpindahan Pusat Pemerintahan Kabupaten Grobogan

Tradisi Boyong Grobog, Muasal Perpindahan Pusat Pemerintahan Kabupaten Grobogan

01 TradisiBoyongGrobogPerayaan tradisi Boyong Grobog dalam rangkaian hari jadi Grobogan ke 288 di kelurahan, Kecamatan Grobogan berlangsung meriah, pada Minggu (2/3). Tradisi ini sendiri menceritakan proses perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Grobogan.

Prosesi Boyong Grobog sendiri dikuti oleh belasan kelompok seni, seperti kelompok reog, barongan, drum band dan puluhan peserta dengan kostum prajurit kerajaan. Prosesi dimulai dari depan Mapolsek Grobogan dan berakhir di lapangan Grobogan. Pada prosesi ini diceritakan muasal dalam sejarah Kabupaten Grobogan pada masa Sunan Kalijaga, Grobog (kotak) yang berisi dengan senjata pusaka kerajaan dipindahkan dari Kecamatan Grobogan ke Kecamatan Purwodadi. Bersamaan dengan itu maka ibu kota Kabupaten Grobogan pun berpindah dari Kecamatan Grobogan ke Kecamatan Purwodadi saat ini.

Kejadian itu kemudian diceritakan kembali melalui kirab Boyong Grobog dalam rangka peringatan Hari Jadi Kabupaten Grobogan yang ke-288 yang jatuh pada tanggal 4 Maret, yang digelar di sepanjang jalan Pangeran Puger, Kecamatan/ Kabupaten Grobogan.

Kirab tersebut dihadiri oleh Wakil Bupati Grobogan Icek Baskoro, Sekda Sugiyanto , dan seluruh jajaran Muspika Kecamatan Grobogan yang mengenakan pakaian beskap jawa. Prosesi Boyong Grobog sendiri juga diikuti oleh sepuluh gunungan hasil bumi dari warga.

Ketua panitia Boyong Grobog Samsul Wiyadi mengatakan, kirab ini bertujuan untuk menceritakan kembali asal mula perpindahan pusat pemerintahan yang terletak di Kecamatan Grobogan dipindah ke Kecamatan Purwodadi. Tradisi ini juga untuk menghargai jasa para pahlawan dan upaya melestarikan budaya daerah.

"Kegiatan ini sebagai bentuk wujud uri-uri budaya daerah dan memberikan semangat gotong dari warga masyarakat," kata Wiyadi.

Diceritakan, grobog adalah asal mula terbentuknya kabupaten Grobogan. Dimana saat zaman kerajaan Majapahit yaitu tepatnya ada pasukan kerajaan yang diutus untuk mengirim senjata pusaka kerajaan dan dimasukan dalam kotak atau grobog. Rombongan tersebut kemudian bertemu dengan perampok dan mereka lari meninggalkan grobog.

Selanjutnya oleh Sunan Kalijaga, para perampok tersebut berhasil dikalahkan dan merebut kembali grobog. Kemudian tempat tertinggalnya grobog itu dinamakan Grobog atau Grobogan. Sementara itu, pada awal terbentuknya Kabupaten Grobogan hanya meliputi beberapa wilayah saja yaitu Sela, Teras, Karas, Wirosari, Santenan, Grobogan, dan beberapa daerah di Sukowati bagian Utara Bengawan Solo dengan adipati/ Bupati pertama adalah Pangeran Puger. Namun lambat laun, wilayah Kabupaten Grobogan kemudian ditetapkan menjadi seperti sekarang ini dengan jumlah 19 kecamatan.

"Pertama kali Grobogan dipimpin oleh Adipati Pangeran Puger. Dari data yang ada Kabupaten Grobogan dengan ibu kota Grobogan pindah ke kota Purwodadi terjadi pada Tahun 1864," terang dia.

Selain menceritakan perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Grobogan, kirab boyong grobog juga diikuti rombongan petani yang membawa 10 gunungan hasil pertanian dari masing-masing desa di Kecamatan Grobogan. Gunungan tersebut mengandung filosofi agar hasil pertanian masyarakat semakin melimpah dengan diadakannya sesembahan gunungan hasil pertanian. Kemudian gunungan itu, diperebutkan oleh warga sekitar.

Wabup Icek Baskoro mengatakan, boyong grobog adalah satu sejarah yang harus kita uri-uri. Dimana agar anak cucu kita nantinya bisa tahu tentang sejarah perpindahan pemerintahan Kabupaten Grobogan, yaitu dari Grobogan dipindah ke Purwodadi.

"Ini adalah kegiatan ketiga dalam kegiatan Boyong Grobog. Mudah-mudah bisa kita tingkatkan agar nilai histori Kabupaten Grobogan tidak akan luntur," kata Wabup Icek Baskoro didampingi Sekda Grobogan Sugiyanto dan Muspikan Grobogan.

Menurutnya kegiatan Boyong Grobog sendiri perlu dilestarikan sebagai aset budaya daerah. Seperti daerah lain, Pati ada tradisi Meron, Solo ada Sekaten. Pihaknya mengatakan, sebelumnya tradisi Boyong Grobog adalah inisiatif masyarakat. Kemudian setelah berjalan dua tahun, kegiatan tersebut ditangani oleh panitia Kabupaten.

"Kedepan akan kita jadikan kegiatan ini sebagai rutin tahunan, dengan lebih menata lagi dan evaluasi agar lebih baik lagi untuk menarik wisatawan dari luar," pungkasnya. (roj)